Southrace at The Dawn of Earth: First Contact
CHAPTER I : A MAN THAT CAME FROM THE DEPTH OF SEA
Sehari setelah Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah
kapal selam tiba-tiba muncul di tengah-tengah teluk Kendari. Jelas saja ini
menjadi pemandangan yang menarik, karena mereka (di Kendari) jarang bisa
melihat kapal selam. Aku yang dari pertama melihat kapal itu merasa khawatir,
mengamati kapal selam itu dari pinggiran Kendari Beach. Tiba-tiba saja ada
orang yang terbang keluar dari kapal selam itu (ha?). Jelas saja para orang
awam ini mengira hal ini sebagai pertunjukan dan bertepuk tangan meriah. Aku
semakin resah, terutama aku tahu orang ini betul-betul melayang di udara, tanpa
tali, tak ada pesawat di sekitarnya, orang itu melayang di atas teluk ini
dengan kemampuan sendiri! Orang itu kemudian melakukan suatu gerakan dan
tiba-tiba saja sebuah meteor jatuh ke laut, beberapa kilometer di arah timur
kota Kendari. Meteor itu ternyata adalah alien berbentuk laba-laba seukuran
pulau! Dia lalu mulai menggali di dasar laut. Lalu dengan telepatiku (ya, aku
telepath) aku mencoba mencari tahu apa yang dia sedang lakukan. Tampak jelas
ketika aku melihat ke pikirannya, dia akan masuk ke tanah dan menggerus
pulau-pulau kecil di dunia dan menumpuknya di tengah-tengah Indonesia menjadi
pulau pasir raksasa agar penduduk dari planetnya bisa tinggal di Bumi.
Hey! Itu tak bisa dibiarkan! Itu artinya invansi ke bumi!
Aku harus menghentikannya! Aku lalu reflek terbang (ya, terbang! Aku seperti Superman
di sini, dan aku bisa psychokinesis) memerintahkan orang-orang yang berkerumun
di Kendari Beach untuk mengungsi secepatnya.
“Ini saat darurat! Cepat selamatkan diri kalian!” teriakku
kepada mereka.
Mereka pun panik dan akhirnya kerumunan pun terbongkar. Di
kondisi yang kacau itu, aku menuju tempat alien itu menggerus di dasar laut
ketika aku dipanggil oleh orang itu,
"Hey kau! Apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan menghentikan alien itu!" balasku
spontan.
"Kau tak boleh melakukannya!"
"Memang kenapa? Alien itu mau menginvansi Bumi dengan menyediakan
basis awal bagi bangsanya!"
"Memang itu tujuannya, bodoh! Berani mengganggunya, kau
akan berhadapan denganku!"
Aku tak mempedulikan perkataan orang itu (yang kuanggap
sudah gila) dan terus menuju tempat alien itu.
Tampaknya orang itu memang marah.
Betul saja, orang itu melemparkan tiga buah bom ke arahku!
Aku mencoba menghindar ketika aku menyadari bahwa itu bom nuklir (tertulis Nuke
di lapisan luarnya). Aku pun mencoba menangkap bom-bom itu sebelum menyentuh
tanah! Aku kemudian melempar bom-bom yang sudah kutangkap itu ke arah alien
itu. Dan....
*DHUAAAAARRRRRRRRRRR*
Bom itu meledak dengan awan cendawan yang khas (tampaknya
bom dengan daya yang lumayan kecil, karena ukurannya dan daya ledaknya tak
sekuat ekspektasiku).
Lalu dari kapal selam itu terbanglah juga (terbang lagi???)
dua orang bawahan orang itu ke arahku. Terjadilah peperangan udara yang sengit
antara aku dan orang itu (beserta bawahannya). Bawahan orang itu mencoba
melempariku mobil-mobil dari jalan ke arahku (mereka bisa psychokinesis juga!!!).
Aku menepisnya dan balas menyerang orang itu. Kami berperang sengit hingga di
antara gedung-gedung dan para bawahan itu terus-terus melempariku benda-benda
dari permukaan. Aku berusaha menepis benda-benda yang dilempar mereka dan
berusaha agar tak kena penduduk sipil. Beberapa kali juga kami bertarung jarak
dekat. Pukulan mereka cukup kuat, relatif terhadapku yang cukup kuat ini.
Akhirnya mereka menyerah dan kembali ke kapal selam mereka, kembali menyelam ke
laut dalam.
Hari sudah malam, aku berpikir untuk terbang ke langit, jauh
ke atas awan, mencoba untuk menyegarkan diri dengan angin malam. Namun aku
hampir jatuh dan mendarat di patung presiden di puncak Istana Negara Republik
Komunis Persatuan Indonesia Utara. Aku kelelahan, terbang ternyata menguras
tenaga.
Aku berpikir untuk pulang, maka pulanglah aku ke rumahku.
No comments:
Post a Comment